Posted by : Nur'aini
Rabu, 03 Mei 2017
Kisah Cinta Antara Aku, Kau dan Dia
Entahlah.. Aku tidak tau, kepada siapa hatimu akan
diberikan…!!!
Dan entahlah, aku tidak tau siapa yang lebih dulu
hadir dalam hidupmu..
Aku hanya berfikir, siapa yang lebih dulu
mencintaimu.?
Ataukah mungkin aku hadir di tengah-tengah cinta kamu
dan dia.?
Aku seolah-olah patung yang berada ditengah-tengah
cinta dia untukmu dengan maksud mengganggu.
Bahkan aku tidak dapat bergerak seperti es yang
membeku ketika melihat inboxan kalian
di FB dengan canda tawa yang begitu membuat kalian bahagia.
Suasana indah dipantai Meninting sore itu sangat menghibur hati para pengunjung yang ada
di sana. Begitu juga dengan diri q dan teman-teman IKMA DM yang kebetulan
memilih lokasi perkemahan di sana..
Teman-teman q sibuk dengan kegiatannya masig-masing,
ada yang selfie, ada yang buat tenda, dan lain sebagainya. Sedangkan aku, aku
duduk termenung seorang diri di dekat warkop sambil memegang sebuah gitar yang
entah miliknya siapa, dan sesekali memainkan lalu menyanyikan sebuah lagu.
Aku memainkan gitar tersebut degan asal-asalan karna
aku juga tidak pandai dalam memainkan alat music, saat aku lagi menikmati
indahnya suara alunan music yang q mainkantiba-tiba aku di panggil oleh salah
seorang dari tim perkemahan itu, mungkin karna aku duduk seorang diri
“Ainiiii.”
Teriaknya sambil melambaikan tangannya kearahku.
“Aini cepat
kesini, gk ush berdiam diri d sana ntar ksambet kuntilanak lo di sana” teriaknya lagi padaku.
Dengan malasnya aku segera melangkahkan kakiku menuju ke kk tersebut
“Iaaaa aku
kesana” Teriakku kembali”
Sesampainya aku di sana semua anggota perkemahan d
suruh berkumpul dan semuanya disuruh mengeluarkan barang-barang yang mereka
telah persiapkan sebelum berangkat tadi.
Dengan wajah melemas dan kaki yang begitu malasnya
berjalan, aku terpaksa mengambil tasku yang berada di dalam sebuah tenda yang
telah mereka buat, aku mengeluarkan isi tasku, 2 buah mie instan 1 botol Aqua
kecil yang q isi dengan beras, q serahkan pada Kak Ulfa.
Kak Ulfa adalah kk tingkat q yang baru smester V, q
serahkan semua perlengkapan yang q bawa
padanya sekaligus uang Rp5000
Selesai menyerahkan semua yang diminta, qt semua
langsung d absen , alasannya di absen supaya salah satu diantara kita gak ada
yang hilang.
Setelah semuanya selesai di absen dan semua
perlengkapan telah terkumpulkan menjadi satu, karna hari sudah hampir gelap dan
sudah tiba waktu magrib kita semua di pandu untuk pergi mencari sumber air
untuk wudhu, karna sumber air tidak juga kami temukan. Sebagian dari kami
terpaksa berwudhu dip antai dan melaksanakan sholat secara individu. . .
******
Seusai sholat magrib kami menunggu waktu isya tiba,
dan setelah kewajiban itu terlaksanakan, kami diperintahkan lagi untuk membuat
lingkaran kecil yang terdiri dari anggota perkemahan dipantai meninting itu
saja.
Kali ini tujuan kita dikumpulkan seperti ini yaitu
untuk memperkenalkan identitas masing-masing.
Perkenalan dimulai dari senior. Disaat mereka telah
memperkenalkan diri satu-satu, ada satu nama yang membuat aku slalu bertanya-tanya yaitu senior yang
bernama Wahyu Pratama.
“Nama saya Wahyu
Pratama, nama
panggilan Erwin, pengalaman organisasi saya sekarang yaitu saya menjabat
sebagai ketua PMII,”
Sebenarnya yang membuat aku bertanya-tanya dalam hati
yaitu kenapa cowok yang bernama Wahyu Pratama ini bias ikut kemah
diacara perkemahan kami, yang
jelas-jelas acara ini adalah acaranya alumni sekolah q.
Akan tetapi sebelum pertanyaan-pertanyaan itu lebih
banyak keluar dari pikiranku, ternyata dia belum selesai kenalan.
“ baiklah
sebenarnya saya berada di sini karena memenuhi undangan dari senior-senior
kalian, mungkin hanya itu saja perkenalan dari saya
Wallahulmuwafiq
ila aqwamittoriq wassalamualaikum wr wb.”
“oooooooo.” Begitu batinku dalam hati.
Setelah semuanya dapat giliran buat kenalan kita
dibebaskan untuk melihat udara malam dipantai itu asalkan jangan terlalu jauh
dari lokasi.
Akan tetapi aku memilih buat duduk termenung seorang
diri sambil menikmati suara ombak dan sesekali melihat ke langit, karna malam itu
begitu sejuk, dingin, dan cerah.
Tiba-tiba aku teringat pada cowok yang bernama Wahyu Pratama itu karna kebetulan dia
adalah ketua rayon q juga.
Ditengah lamunanku itu, aku sendiri juga tak tau apa
yang tegah terjadi pada diri q ini, dan q dikagetkan oleh kedatangan seorang
cowok yang mendekat padaku
“dek lagi apa.?”
Tanyanya sambil menepuk pundakku, akupun tersentak kaget, karna cowok itu
dating dari belakang dan tanpa sepengetahuanku dia langsung menepuk pundakku
seperti itu.
“e..ee..eehh kk.”
Jawabku sambil senyum-senyum simple.
“lagi duduk aja
nih kak, kk sendiri mau kemana.?” Tanyaku lagi padanya.
“mau kesini dah
nmenin adek.”( Godanya padaku)
“oh ya kak,
mau nanya nih, boleh gk.? Tapi kk duduk dulu dah disampingku,” karna cowok itu masih berdiri didekatku makanya q
persilahkan dia duduk d atas pasir pantai itu.
“ia adek mau
nanyak apa,?” selidiknya padaku
sambil perlahan-lahan duduk d sampingku.
“gini lho kk,
aku mau nanya kenal sama kk Wahyu kan,?”
“ya kenal,
diakan ketua rayonmu dek. Kenapa emang.?”
“mmmmmmm, gk
ad sh kak. Kak kalau ada nomornya q boleh minta gak,?”
“kalau d kk
sih gk ada nmrnya dek,”
Sempat aku
kecewa mendengar kata-katanya itu, akan tetapi sebelum aku membuka bibir untuk
berbicara cowok itu langsung berkata
“tunggu dulu
dek akan q carikan nomornya pada teman q.”
Lega rasanya mendengar ucapannya yang terakhir itu,
sesaat kemudian cowok itu kembali dengan memegang ponsel ditangannya, segera q
keluarkan ponsel didalam kantong celanaku dan menulis nomornya Wahyu Pratama tersebut, dan tak lupa
pula aku berterimakasih padanya.
Sejujurnya aku tidak tertarik pada Wahyu Pratama, aku juga tidak
berharap dia akan menemuiku malam itu, tapi karna dia aalah ketua rayon q,
sehingga aku hanya ingin bertemu dan berbincang-bincang dengannya, meski aku
tidak tau bagaimana dia, apakah dia bakalan ramah atau tidak denganku.
Setelah q mencoba menelpon nomornya ternyata dia mau
dating dimana tempat posisi aku sekarang. Nyatanya Wahyu diluar dugaan q, dia orangnya ramah dan bias di ajak bercanda
******
Malam yang begitu dingin aku dan Wahyu duduk di salah satu warung terdekat yang ada dipantai itu
sambil menikmati sgelas susu hangat yang dipesan oleh
Wahyu.
Tak pernah q menyadari ternyata telah jam 02.30 pagi,
suhu sekitar delapan derajat Celsius, membuat tubuhku menggigil walaupun q
telah menikmati segelas susu hangat tapi masih saja terasa dingin, baju tipis
yang aku kenakan sejak dari Kost tadi sama sekali tak mampu melindungi terpaan
udara dingin.
Wahyu lalu melepaskan jaket yang ia pakai, mungkin karena
dia telah melihat tubuhku yang slalu menggigil, tanpa piker panjang aku
langsung memakai jaketnya itu, lumayan tubuhku tidak menggigil lagi.
Dia menyuruhku untuk tidur, karna dari tadi aku tidak
pernah mengistirahatkan mataku, tapi aku takut…..takut karena akan terlena oleh
suasana malam itu, dan akhirnya aku akan telat bangun,, sehingga aku memutuskan
untuk memejamkan mata tapi tidak tidur.
******
Adzan subuh terdengar sayup, tidak memelakkan telinga
seperti dikostku. Tapi suara sayup itu justru lebih memilih daya magis, membuat
aku sperti seekor sapi yang dijerat tali dan ditrik kekamar mandi.
Berwudhu dan membuang daki-daki. Setelah usai wudhu,
udara dingin dengn suhu skitar 4 drajat meyerap bagai prampok yang hendak
mencincang tulang belulangku.
Tubuhku menggigil, lama aku berdiri disana, berharap
ada yang memberiku sebuah selimut tebal, tapi itu hanylah sebuah khayalan,
karna dipantai itu tak ada yang membawa selimut tebal.
Aku bergegas menuju lokasi untuk sholat subuh, selesai
sholat, kami dari tim perkemahan merapikan perlengkapan yang telah kita pakai.
Seperti tenda, karpet, dan perlengkapan lainnya.
Sebelum pulang aku mengajak Ratni yaitu teman kostku
untuk membeli cilok, maklum dari tadi malam kami hanya makan sedikit karna nasi
yang mereka masak masih menyerupai beras, mienya tak enak dipandang dan ikan
yang mereka bakar seperti belum matang walaupun telah terlihat gosong, dan
itulah yang membuat selera makan kami jadi hilang, yang tadinya lapar berubah
menjadi kenyang walaupun kami tak pernah makan.
Itulah sebabnya aku mengajak Ratni beli cilok dulu.
“Rat, kita beli
cilok ayok, untuk mengganjel perut kita yang kosong dulu.” Ajakku pada
Ratni.
Akantetapi Ratni tidak langsung menjawabku, entahlah
apa yang sedang ia pikirkan akupun tak tau.
“Rat, mau gk.?”
Tanyaku lagi padanya.
“mmmmmmmm, ayok
dah.” Katanya sambil berjalan kearahku.
Sampai ditempat yang dituju, disana aku bertemu Wahyu lagi, dia sedang duduk di atas
motornya dan hendak pulang.
Aku mencoba menyapanya dan menawarkan cilok yang ada
ditanganku, tapi dia menolaknya, walaupun dia telah menolaknya tapi aku tetap
menawarkan hinga dia menerima tawaranku itu, aku menyuapinya, dan dia menerima
sodoran cilok dari q.
******
Karena jam telah menunjukkan pukul 08.00 pagi, kamipun
pulang ketempat tinggal masing-masing. Tiada rasa letih atau kantuk,
padahal dari semalam aku tak dapat
tidur.
Pesona Wahyu
Pratama laksana madu Arabia, segar
dan menyehatkan , aku juga tidak tau, mengapa tiba-tiba dalam hatiku muncul
perasaan yang demikian indah. Aku seperti berada dalam taman penuh rona bunga.
Warna-warni bunga membuat aku seperti berada disurga yang dalamnya mengalir
sungai Salsabila.
Entah perasaan apa yang sedang membuncah didada.
Semilir angin membawa bau harummengisi paru-paruku. Aku terlena dengan perasaan
yang hadir begitu saja dalam jiwa, dan tak hendak pergi hingga sore
menghampiri.
Dan pengaruh sihir
Wahyu
masih terasa hingga matahari terbit keesokan harinya, diam-diam
aku khawatir menjadi gila bila perasaan menghujam dada ini tak berujung.
Siapa sebenarnya yang telah mengusik jiwaku ? Wahyu Pratama ? dimana dia ? apakah dia nyata ? semalam ia ada namun kini ia
hanyalah banyang-bayang. Tapi mengapa bayang-bayang itu mencengkram jiwaku dan
tak bisa lepas ? bagaimana caranya agar aku lepas dari pengaruhnya itu,
membuatku tidak lagi berada dibumi namun terbang bersama gumpalan awan,
menggapai pelangi ?
Perasaan yang sedang mempermainkan jiwa ini, membuatku
dapat merasakan bagaimana tersiksanya Zulaika kala bertemu Yusuf. Yusuf ada di dekatnya, amun tak tergapai tangannya.
Aku dapat merasakan bagaimana tangan istri pembesar yang tidak sadar jika
jari-jari mereka teriris oleh pisau yang ada ditangan mereka sendiri, demi
melihat ketanpanan Yusuf.
Akupun tidak sadar kalau Wahyu Pratama telah membuat hatiku teriris, ingin dekat tapi tak
tau kapan dan bagaimana.
Cinta ? Mungkinkah ini yang namanya cinta ? Bila ini
dinamakan cinta, mengapa terlalu menyiksa, jiwaku terlunta sejak berpisah
denganmu. Adakah tangan takdir telah menggoreskan ketentuan-Nya. Wahai para
leluhur sungai Nil, mantra-mantra yang kalian ucapkan telah mempengaruhi
jiwaku. Aku menderita dibumimu.
Wahyu, Wahyu, engkau telah mengisi
seluruh jiwaku. Tak setitikpun tersisa dalam hati ini untuk mengingat yang
lain, selain dirimu. Adakah engkau merasakan gebalau hatiku ini ? Wahai sahara
yang menyimpan kegaiban, terbangkanlah bersama angin sebutir pasirmu yang telah
dipijak Wahyu, kirimkanlah
padaku sebutir pasir itu. Bila cahaya matanya tak bolehku simpan, pasir yang ia
injakpun cukup untuk memuaskan dahagaku.
******
Sejak pertemuan dipantai Meninting itu, disitulah kami
berdua sering smsn, telponan, bahkan sering bertemu, baik itu di acara
pertemuan PMII atau Dianya sendiri langsung kekostku. Hal yang paling aku
syukuri saat itu ialah tidak ada wanita dari kerak bumi yang menghalangi
keakraban yang sedang kami bangun.
Meski kami mulai saling memahami, namun bentuk
hubungan itu hanyalah hubungan antara senior dan Junior Wahyu adalah ketua rayonku, sedangkan aku hanyalah kadernya.
Sebenarnya aku ingin melangkah lebih jauh, namun aku
tak punya keberanian karna aku adalah seorang wanita. Aku khawatir menjadi
orang yang memburu Ayam, dan membuang telurnya. Ayam tak didapat, telur pecah
tak berguna.
Biarlah hubunganku dengan Wahyu berjalan
apa adanya. Biarlah tangan waktu yang akan menuntun jiwa kami untuk saling
mendekat dan saling mencinta. Biarlah takdir menjalankan tugasnya untuk kami.
Aku memang harus bersabar , aku tak ingin tanaman
cinta pertama yang berbunga dihatiku ini menjadi layu sebelum waktunya. Biarlah
tanaman itu aku pupuk dan sirami. Jika telah waktunya, tentu ia dapat dipetik.
Menurutku, segala sesuatu yang didapat dengan mudah
juga akan berakhir dengan cepat. “Uang yang mudah didapat, juga akan mudah
dihamburkan,” demikian pula dalam hal cinta. Cinta yang didapat dengan susah
payah dan perjuangan akan lebih mudah,
lebih bermakna, dan lebih kekal. Sebab cinta bukanlah mie instan atau
hamburger, cepat dibuat dan langsung dimakan habis. Tak tersisa rasa, sedang cinta adalah
kehidupan, ia akan abadi sepanjang hayat. Indahnya akan terus dinikmati,
lukanya akan terus membekas.
******
Saat aku sedang duduk berduaan dengan Wahyu
di kost, aku menikmati kedekatanku itu, sekarang aku dengannya seperti
sepasang kekasih yang tak akan pernah bias dipisahkan. Aku mencoba meminjam
HPnya dan membuka smsnya, disana tak ada yang terlalu mencurigakan. Q membuka
aplikasi FBnya, akan tetapi stelah dia mengetahui aku sedang membuka akunnya,
dia mencoba merebut hpnya kembali, akan tetapi aku tidak memberikan hpnya
dengan mudah, aku tetap saja nekat membuka akunnya itu, akhirnya diapun pasrah
dan membiarkan aku membukanya.
Dan akupun mulai mengotak-atik Fbnya itu, mulai dari
status, pemberitahuan, komentar dan yang terakhir inbixannya. Disana aku mulai
curiga, satu persatu inboxnya q baca, ada 1 inbox yang aku curigai dan yang
membuat hati q sakit dan tiba-tiba memanas yaitu inboxnya dengan seorang cewek.
Bagaimana tidak, belum selesai taman kupagari, binatang buas telah datang dan
siap mengobrak abrik taman yang aku bangun dengan segenap perasaan, belum kuat
benar sayap-sayap cinta kami pemburu telah datang dengan senapan ditangannya.
Rupanya, semuanya menjadi runyam, haruskah hubungan
ini memudar dan kembali mongering, seperti saat-saat kami bertemu. Tidak
mungkin, perasaan bukanlah mobil mogok yang bias didorong mundur, cinta akan
selalu berkembang dalam jiwa, berurat dan berakar. Manusia tak mungkin
menghentikan laju cinta, sebab cinta memiliki carnya tersendiri untuk menuntun
kita dalam rangkuhan kehendaknya. Cinta juga bukan benda yang mudah diatur dan
dibentuk. Tidak bias dipagari oleh tempat atau waktu, ia bebas menentukan
sendiri langkahnya, dan mengatur langkah orang yang dikehendakinya.
Setelah puas mengotak atik akun FBnya, aku
mengembalikan hpnya kembali. ”nih q
kembalikan hpmu” suaraku agak kesal padanya, rasanya butir-butir air mata
ini tak sabar ingin keluar, tapi dia tak langsung mengambil hpnya.
“udah saya kasih
tau tadi jangan dibuka, aku gak mau kamu tau tentang ini, karna aku saying sama
kamu, dia juga bukan pacarku, dia hanya kenalanku lewat fb” jelasnya
panjang lebar padaku.
Akan tetapi penjelasannya itu tak mau aku dengar,
akhirnya tanpa q sadari butir-butir air mata itu satu persatu mulai membasahi
pipiku.
“terus kalau itu
bukan pacarmu, lalu siapa lagi ?” suaraku agak berteriak padanya.
“harus berapa
kali akan ku jelaskan lagi, dia itu bukan pacarku, dia hanyalah sebatas
kenalanku lewat dunia maya” jawabnya agak sedikit menunduk.
“Halaaaahh …
itu hanyalah alasanmu saja” jawabku
lagi sambil berdiri dan berpura-pura mengambil buku yang ada diatas lemariku,
tapi dia mengikuti langkahku itu, dan mencoba menjelakan yang seujurnya, akan
tetapi lagi-lagi aku masih saja tidak percaya akan penjelasannya itu, hingga
dia membanting Hp-nya dan beberapa kali menghantam tembok lalu duduk kembali.
Aku masih saja berdiri dan menangis .
“Aku tidak
bermaksud menyakitimu” ucapnya lagi
padaku.
Aku tak mau mendengar kata-katanya lagi. Beberapa saat
semuanya menjadi sunyi, hanya suara isak tangisku saja yang terdengar.
Wahyu tetap saja minta maaf padaku, sehingga aku pun mulai
angkat bicara.
“Mengapa,,?
Mengapa hanya kata maaf saja yang bias kau ucapakan padaku ? Dimana letak
kedewasaanmu ? bukankah kau yang mengajariku untuk tidak menangis layaknya anak
kecil yang selalu menangis ditinggal ibunya,
Iya aku
memang cengeng” Bagaimana mungkin seorang wanita bisa menahan rasa kecewa
dihatinya, jika lelakinya selalu menyakiti dengan alasan yang sama ? Seharusnya
aku tidak terjatuh dilubang yang sama, sebab aku tahu itu sangatlah sakit.” Ucapku sambil mengusap air mata yang berjatuhan
dipipi. Wahyupun mengusap airmataku
sambil berkata,
“Maafkan aku
yang tidak bias menjadi lelaki yang kau idamkan selama ini, Sudah ! Jangan
menangis lagi, kasihan air matamu yang sudah banyak kau buang hanya karena
lelaki yang tidak pernah bersyukur memiliki wanita yang sabar dan penuh kasih
saying seperti dirimu”. Ucapnya
sambil tersenyum .
“Kau memang
pintar dalam membuat wanita tersenyum”
, ucapku sambil menarik nafas.
Kulihat matahari diluar sudah berpindah arah , Ohhh ..
ternyata sudah sore , aku sedikit lega karena aku sudah mengeluarkan tangisku.
“Aku mau pulang
, ini sudah terlalu sore” ucapku kepada wahyu seperti tidak masalah apapun.
“Nanti dulu,
aku tidak mau mengantarmu pulang kalau hatimu masih sedih seperti itu” . Ucap wahyu
“Tidak !
jangan khawatirkan aku, aku cukup kuat , aku baik-bik saja kok”. Ucapku agak
cuek .
Lalu Wahyu tersenyum dan mengantarku pulang . Disepanjang
jalan aku hanya bisa terdiam menghirup udara segar, Angin sepoi-sepoi yang
menemani di sepanjang jalan membuat hatiku sedikit tenang seakan problem dalam
batinku hilang begitu saja. Entah mengapa Wahyu juga terdiam di sepanjang jalan
, entahlah apa yang sedang ia fikirkan. Setelah sampai dikosku, Wahyu pun
langsung pamit.
“Aku pulang
ya?”
Ucapnya
“iya
hati-hati dijalan” jawabku
******
Hari semakin gelap dan matahari tak menampakkan diri
adzan magrib pun berkumandang. Aku bergegas mandi dan menunaikan shlat magrib,
aku mengaji sebentar agar hatiku sedikit tenang , Perutku berbunyi layaknya
sedang bernyanyi aku lapar sekali dari pag tak makan nasi. Begitulah jika
hatiku tak karuan. Nafsu makanpun hilang,
aku mengambil kantong plastic yang kugantung di tembok, roti yang aku
beli kemarin hanya tersisa hanya satu biji tapi aku tetap bersykur dan memakannya
untuk mengganjal perutku. Tak habis kumakan roti itu Hp androidku berbunyi.
Tet….tet…..tet…..
Aku beranjak mengambil Handphoneku, ternyata wahyu
menelpon . tanpa fikir panjang aku
langsung mengangkatnya.
“
Assalamualaikum”. Ucapnya
“Waalaykumsalam”. Jawabku dengan suara kecil
“Kenapa kau tak
bersemangat menjawab salamku”.
“Perasaanmu
saja mungkin”
“Kau masih
marah ?”
“Tidak ! “
Itilah percakapan singkat kami , lalu Wahyu mulai
bicara lagi
“Dek.. aku mengakui kesalahanku , dan aku menyesali
semua itu, aku harap kau mau memaafkanku, aku mencintaimu tulus dari lubuk hati
yang paling dalam, jika hatimu tidak kebertan aku mulai mengulang hubungan ini
dari awal tanpa ada masalah lagi , Sungguh aku mencintaimu , aku tak mau jika
harus kehilanganmu untuk selamanya” . Ucapnya dengan suara serius membuat aku
tak bisa menahan air mata sudah mmbendung, aku menangis dengan suara kencang
dan tak memperdulikan orang lain disekitarku, aku tak banyak berkata apa-apa ,
kami pun mulai menjalani hubungan seperti dulu tanpa problem apapun. Hatiku
mulai bersinar lagi dan senyumku kembali .
Jam sudah menunjukkan pukul 10:00 mataku tersasa ingin
jatuh, saking ngantuknya diriku , akupun tak tau kalau aku sudah terlelap,
setela beberapa jam kemudian , aku terkejut dan terbangun mendengar getaran
haandphone di telingaku, ternyata aku ketiduran, dan pintu belum dikunci, lampu
belum ku matikan, lau aku beranjak dari tempat tidurku, dan mengambil wudhu dan
shlat isya’ lalu akupun tidur kembali .
******
Hoooaaaaammmm….!!!
Kubuka korden jendela ternyata sudah pagi, aku
langsung mandi dan tak lupa juga sholat.
Rasanya aku ingin tidur lagi tapi aku harus pergi kuliah, huufft… aku berjalan
penuh semangat dan tak ku sangka aku aku bertemu wahyu di parkiran tempat biasa dia parker motor, aku ingin
menyapanya namun aku malu-malu.
“emmmm…. Aku sapa atau gk ya dia,.?” Ucapku dalam hati
“ehhh… aku pura-pura untuk tidak melihatnya deh….!!!
Tapiiii,,, hatiku ini huuuhhhh” aku berbicara dalam hati layaknya orang gila.
Aku mencoba memelankan langkah kakiku agar dia
melihatku berjalan di dekatnya.
langkah demi langkah ku lewati, akhirnya dialah yang duluan menyapaku.
langkah demi langkah ku lewati, akhirnya dialah yang duluan menyapaku.