Posted by : Nur'aini Senin, 09 Oktober 2017


MAKALAH
HADIST TARBAWY
“Hadist Tentang Metode Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu : Dr.Muhammad Saleh Ending,MA
Copy of iain2.jpg








Oleh
Kelompok 4
NAMA
NIM
JONI PRANATA
160103084
NUR’AINI
160103069

Kelas IIC
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) MATARAM
FAKULTAA ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang takterhingga penyusun panjatkan kehadirat IllahiRabbi , atas berkah ,rahmat,karuniadanhidayah-nya akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuandisusun makalah ini ialah sebagai salah satu materi tugas kegiatan yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam melaksanakan studi di tingkat perkuliahan semester II .adapun judul yang penulis buat dalam makalah ini adalah mengenai “Hadist Tentang Metode Pendidikan Islam
Dalam proses penyusunan makalah ini ,kami banyak mendapatkan bantuan,dukungan,sertaD’oa dari berbagai pihak,oleh karena itu izinkanlah di dalam kesempatan ini kami menghaturkan terima kasihdengan penuh rasa hormat serta dengan segala ketulusan hati bapak Dr.Muhammad Saleh Ending,MA  .serta rekan-rekan  umum nya rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi TADRIS MATEMATIKA kelas IIC IAIN MATARAM ,Hingga selesainya makalah ini.
Sangatlah disadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan di dalam penyusunanya dan jauh dari kesempurnaan,untuk itu kami selaku penyusun mengharapkan masukan baik saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari pada pembaca.demikian makalah yang kami susun semoga bermanfaat khususnya bagi kitasemua.

                                                                               
                                                                                Mataram,16 Februari 2017
                                                                                                 Penyusun
                                                                                
                                                                                               Kelompok 4

Daftar Isi

Cover......................................................................................       i
Kata pengantar.......................................................................       ii
Daftar isi.................................................................................       iii
Bab I pendahuluan.................................................................       1
1.1                                                                                                                                                                                                           Latar belakang                       1
2.1                                                                                                                                                                                                           Rumusan masalah                  1
3.1                                                                                                                                                                                                           Tujuan dan manfaat               2
Bab II isi.................................................................................       3
4.1 Pembahasan..............................................................................        3
A.    Hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM................        3
B.     Hadist pembicaraan harus jelas dan bila perlu diulang.........        4
C.     Hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi..............        6
D.    Hadist tentang metode cerita atau kisah..............................        9
E.     Hadist tentang Metode tanya jawab dan diskusi.................        10
F.      Hadist tentang metode mauizhah.........................................        12
G.    Hadist tentang metode targhib dan tarhib...........................        12
H.     Hadist tentang metode perumpamaan.................................        15

Bab III penutup......................................................................       16
5.1 kesimpulan ................................................................................        16
6.1 kritik dan saran...........................................................................        16
Daftar pustaka........................................................................       18


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG.
Dalam proses pendidikan islam, salah satu faktor terpenting untuk tercapainya tujuan pendidikan adalah dengan metode pendidikan yang baik dan tepat. Sehingga bisa dibilang kedudukan sebuah metode sangatlah signifikan. Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika metode yang digunakan tidak tepat, maka tujuan tersebut akan sulit tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya sebuah informasi dapat diterima secara lengkap atau tidak. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan dianggap lebih penting dengan materi itu sendiri, ini sesuai dengan hikmah yang selalu diingatkan kepada para pendidik yaitu “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah”( metode jauh lebih penting daripada materi). Oleh sebab itu, pemilihan sebuah metode dalam proses pembelajaran haruslah dipilih secara  cermat dan tepat, agar hasil pendidikan dapat memuaskan.
Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah SAW sejak awal sudah mencontohkan dan melakukan metode pendidikan yang tepat kepada para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dan tepat dalam menyampaikan ajaran islam. Rasulullah sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai islam yang ditransferkan bisa dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa metode-metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, khususnya dalam pendidikan islam
2.1  RUMUSAN MASALAH
a.       Bagaimana hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM ?
b.      Bagaiman hadist tentang pembicaraan harus jelas dan bila perlu diulang?
c.       Bagaimana hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi?
d.      Bagaimana hadist tentang metode cerita atau kisah ?
e.        Bagaimana hadist tentang metode tanya jawab dan diskusi ?
f.       Hadist tentang metode mauizhah?
g.      Hadist tentang metode targhib dan tarhib?
h.      Hadist tentang metode ceramah?
3.1  TUJUAN DAN MANFAAT
Meninjau rumusan masalah dari makalah ini, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
A.       Mampu mengetahui hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM
B.         Mampu mengetahui hadist tentang pembicaraan harus jelas dan bila perlu diulang
C.        Mampu mengetahui hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi
D.       Mampu mengetahui hadist tentang metode cerita atau kisah
E.        Mampu mengetahui hadist tentang metode tanya jawab dan diskusi











BAB II
ISI
4.1  PEMBAHASAN.
A.    Hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِي بَعْضِ اَمْرِهِ قَالَ بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُا  (رواه مسلم)
Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan janganlah mempersukar mereka (HR. Imam Muslim).
Maksutnya :
Perintah Nabi di atas memberikan pelajaran kepada para pendidik bahwa di dalam melaksanakan tugas pendidikan, para guru/pendidik dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, berupaya membuat peserta didik untuk merasa betah dan senang tinggal di sekolah bersamanya,dan bukan sebaliknya justru memberikan kesan seram agar para siswa takut dan segan kepadanya, karena sikap demikian justru akan membuat siswa tidak betah tinggal di sekolah dan sekaligus akan sulit untuk bisa mencintai para guru beserta semua ilmu ataupun pendidikan yang di berikan kepada mereka.
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana di kelas. Dengan pemilihan metode yang sesuai dan tepat maka berjalannya proses pembelajaran akan mudah dan menyenangkan bagi peserta didik. Suasana pembelajaran yang mudah dan menyenangkan ini akan mempengaruhi minat belajar peserta didik untuk telibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal.
B.     Hadist pembicaraan harus jelas dan bila perlu diulang
عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللّهُ قَالَتْ كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلاَمًا فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ  (رواه ابو داود)
 Dari Aisyah Rahimahallah berkata, sesungguhnya perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang mendengarkannya. (HR. Abu Dawud)
Maksutnya :
Didalam hadist tersebut dijelaskan diantara sifat ucapan Rasulullah SAW adalah sangat jelas dan mudah dipahami oleh orang yang mendengarkanya. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengucapkan sesuatu kepada seseorang menggunakan gaya dan bahasa dengan kemampuan dya tangkap pemikiran orang yang sedang diaajak bicara oleh beliau.
Analisis :
Didalam hadist diatas, pendidik mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu proses penyampaian materi yang akan disampaikan kepada para murid. Dengan perkataan yang jelas dan mudah dipahami proses penyampaian pesan dapat diterima dengan baik oleh para murid. Perkataan yang jelas dalam hal ini bukan hanya sekedar jelas. Namun lebih dari itu “jelas” disini adalah mampu memahamkanm peserta didik yang dihadapinya.
Perkataan yang jelas dan mudah dipahami akan menjadi salah satu factor keberhasilan pendidikan. Diharapkan dengan adanya perkataan yang jelas dan mudah dipahami tersebut anak didik akan dapat menyerap dan memahami apa yang disampaikan pendidik.

حَدَّثَنَا عَبْدَةُ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا ثُمَامَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَلَّمَ سَلَّمَ ثَلَاثًا وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا (رواه البخارى)
 Telah menceritakan kepada kami Abdah berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdushshamad berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al Mutsanna berkata; Tsumamah bin Abdullah telah menceritakan kepada kami dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila memberi salam, diucapkannya tiga kali dan bila berbicara dengan satu kalimat diulangnya tiga kali.  (HR. Imam Bukhori)
maksutnya :
Ada perbedaan pendapat apakah salam termasuk syarat dalam meminta izin untuk memasuki rumah atau tidak ? Imam Maziri berkata : bentuk permintaan izin ialah dengan cara mengucapkan “Assalammua’alaikum, apakah boleh masuk?” kemudian ia boleh memilih antara menyebutkan namanya atau hanya mengucapkan salam saja.
Imam Isma’il berkomentar bahwa salam itu dilakukan secara berulang-ulang ketika meminta izin, salam dilakukan secara berulang-ulang pada sekumpulan orang banyak yang sebagian orang belum mendengar, begitu juga ia mengucapkan salam dan dia menyangka orang pemilik rumah belum mendengar maka disunahkan mengulanginya kembali dua atau tiga kali. Ada perbedaan pendapat mengenai seseorang yang mengucapkan salam tiga kali dan menyangka kalau pemilik rumah belum mendengar, menurut Imam Malik seseorang harus menambah salamnya sapai pemilik rumah mendengarnya, kebanyakan ulama’ dan penganut madzhab Imam Maliki berpendapat tidak boleh menambah salam karena mengikuti dhohirnya hadist.
Analisis :
Dalam hadist diatas Rasulullah SAW menggunakan pengulangan dengan kalimat وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا Hadist ini mengindikasikan bahwa pengajaran memerlukan banyak pengulangan. Pengulangan bahan yang telah dipelajari akan memperkuat hasil belajar.. Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu yang pertama dalam keadaan “meniru dan mengulang” apa yang disampaikan oleh Jibril.
Oleh karena itu, hendaknya para pendidik sesudah materi disampaikan kepada peserta didik diharapkan untuk melakukan pengulangan kembali. Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi penguasaan peserta didik terhadap materi yang sudah diterima. Demikian juga halnya sebelum memberikan materi yang baru, hendaknya para pendidik melakukan pengulangan kembali terhadap materi sebelumnya hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada peserta didik tentang materi sebelumnya dan juga agar materi yang sebelumnya tidak hilang begitu saja.
C.    Hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَافِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)
maksutnya :
Dari hadist diatas yang dimaksud dengan   ( كَافِلُ اليَتِيْمِ) adalah mencukupi segala kebutuhannya mulai dari nafakah, pakaian, pendidikan sekolah dan bertanggung jawab atas baik buruknya adabnya. Hal yang demikian ini mendapatkan keuatamaan baik dari hartanya sendiri maupun harta anak yatimtersebut dengan menjadi walinya ini.
Maksud dari أَوْ لِغَيْره yaitu orang terdekatnya seperti kakek, nenek, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dari ayah, paman dari ibu bibi dari ibu dan orang lain.
Analisis :
Pada hadist diatas menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah dengan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan juga dengan jari beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa kedudukan beliau dengan orang yang memelihara anak yatim di surga begitu dekat, seperti kedekatan jari tengah dan jari telunjuk.
Dalam dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali untuk bisa meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan pelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam metode pengajarannnya. Metode peraga ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan media pendidikan. Media pendidkan adalah suatu benda yang dapat dindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran baik yang terdapat dalam maupun luar kelas yang digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa. Media pendidikan mengandung beberapa beberapa aspek-aspek yaitu sebagai alat atau sebagai teknik yang berkaitan erat dengan metode pengajaran
عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُوْنَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِيْنَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيْمًا رَفِيْقًا فَلَّمَا وَظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ فَأَقِمُوا فِيْهِمْ وَعَلِّمُوْهُمْ وَمُرُوْهُمْ وَذَ كَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْلاَ أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدَكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُ كُمْ (رواه البخارى)
 Dari Abi Qilabah katanya hadist dari Malik. Kami mendatangi Rasulullah SAW Dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah SAW adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya, beliau bersabda : kembalillah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka, beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Imam Bukhari)
maksutnya :
Hadist ini sangat jelas menunjukkan tata cara shalat Rasulullah kepada sahabat. Sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah agar shalat seperti yang dicontohkan olehnya.
Maksud dari hadist diatas adalah mengenai metode peragaan yang terdapat didalam kalimat hadist terakhir yaitu “ Dan shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat”. Dan apabila telah datang waktu shalat, maka adzanlah salah satu diantara kalian. Dan yang paling tua diantara kalian jadikanlah imam.
Analisis :
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa Rasulullah melakukan metode demonstrasi tentang tata cara shalat kepada sahabatnya. Hal dimaksudkan unntuk memperjelas tentang bagaimana tata cara shalat yang sesuai dengan Rasulullah.
 Metode demonstrasi  adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau bagaiman memperlihatkan sesuatu kepada peserta didik. Metode demonstrasi ini dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat dikerjakan dengan baik dan benar oleh peserta didik.
D.    Hadist tentang metode cerita atau kisah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)

 Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)
maksutnya :
Ketika seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali, kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil mengigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari hadist ini mengajarkan kepada kita senantiasa saling menyayangi sesame makhluk Allah meskipun pada hewan yang diharamkan.
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup seluruh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah dalam penyamapaian ajarannya.
E.     Hadist tentang Metode tanya jawab dan diskusi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)
maksutnya :
Seorang ibu di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa dibanding lainnya, bagaimana tidak , karena dia telah susah payah mengandungnya selama Sembilan bulan, dalam suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih berada dalam kandungan senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak jarang seorang ibu yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena jika hal itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam An-Nawawi mengatakan bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk berbuat baik kepada kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru kemudian ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab didahulukannya ibu adalah karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di saat mengandung, melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan dan lain sebagainya.
Analisis :
Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهٌ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ (رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)
maksutnya :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar menolong saudaranya baik dalam keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi).
Ibnu Bathal mengatakan : (النصر) menurut orang arab berarti (اعانة)  pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas. Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan menolong orang yang beruat dzali.
Analisis :
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang paling banyak melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa ada permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi dalam memenangkan pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi diharapkan semuanya memberi sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti secara bersama.
F. Hadist tentang metode mau’izhah
Metode ini disebut juga metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberi motivasi. Metode Ibrah atau mau’zhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan mana anak didik terhadap hakekat sesuatu,serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam. Menurut Al-qur’an, metode nasehat hanya diberikan kepada mereka yang melanggar peraturan dalam arti ketika suatu kebenaran telah sampai kepadanya, mereka seolah-olah tidak mau tau kebenaran tersebut terlebih melaksanakannnya. Pernyataan ini menunjukkan adanya dasar psikologis yang kuat, karena orang pada umumnya kurang senang dinasehati, terlebih jika ditunjukkan kepada pribadi tertentu.
عن عُمَرَ بْنَ أَبِي سَلَمَةَ يَقُولُ كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ. رواه البخارى
Umar bin Abi Salmah ra. berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah saw.. Ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata, ‘Hai ghulam, bacalah basmallah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu.
G. Hadist tentang metode targhib dan tarhib
Metode ini, disebut pula metode “ancaman”  dan atau “intimidasi” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan hukuman atas kesalahan yang dilakukan peserta didik. Istilah targhib dan tarhib dalam al-qur’an dan as-sunnah berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh suatu dosa kepada Allah dan Rosulnya. jadi, iya juga dapat diartikan sebagai ancaman Allh melalui penonjo;an salah satu sifat keagungan dan kekuatan illahiyah agar mereka(peserta didik) teringat untuk tidak melakukan kesalahan.
Rasulullah SAW. banyak menggunakan targhib dalam mendidik sahabat (umat)nya. Di antaranya dapat dilihat dalam hadis berikut ini.
عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ. رواه الترمذى
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Siapa yang membaca satu huruf Alquran mendapat pahala satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakan “Alif Lam Mim” itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ كَمَا أُمِرَ ثُمَّ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يَأْتِيَ الْجُمُعَةَ وَيُنْصِتُ حَتَّى يَقْضِيَ صَلاَتَهُ إِلاَّ كَانَ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ. رواه النسائى
Dari Salman, ia berkata Rasulullah saw. berkata kepadaku, Setiap orang yang menyucikan diri pada hari Jumat sebagaimana diperintahkan, kemudian keluar dari rumahnya untuk menghadiri salat Jumat, ia diam sampai selesai salat akan diampuni dosanya sejak Jumat yang lalu.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ رَخَّصَهَا اللَّهُ لَهُ لَمْ يَقْضِ عَنْهُ صِيَامُ الدَّهْرِ. رواه البخارى وأبو داود والترمذى
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Siapa yang berbuka satu hari pada bulan Ramadan tanpa rukhsah yang diberikan Allah tidak dapat mengqada puasanya itu walaupun ia berpuasa sepanjang masa.

Ada beberapa kelebihan yang paling berkenaan dengan metode targhib dan tarhib ini antara lain :
a.              Taghib dan tarhib bertumpu pada pemberian kepuasan dan argumentasi.
b.              Targhib dan tarhip disertai gambaran keindahan surgaynag menakjubkan atau pembebasan azab neraka.
c.              Targhib dan tarhib islami bertumpu pada pengobatan emosa dan pembinaan efeksi ketuhanan.
d.             Targhib dan tarhib bertumpu pada pengontrolan emosi dan keseimbangan antara keduanya.
H. Hadist tentang metode perumpamaan
Metode ini, disebut pula metode “amsal” yakni cara mendidik dengan memberikan perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep.perumpamaan yang diungkapkan Al-qur’an memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
                           Dampak edukatif dari perumpamaan Al-quran dan Nabawi diantaranya :
a.    Memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam Al-Quran.
b.    Mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan.
c.    Membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid pada analogis melalui penyebutan premis-premis.
d.   Mampu mencipatan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hadist dan analisis diatas , dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut :
Pertama, segala proses pembelajaran yang dilaksanakan harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana di kelas. Maka untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, para pendidik dianjurkan untuk menggunakan metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau dikenal dengan PAIKEM.
Kedua, para pendidik ketika dalam proses penyampaian materi harus jelas dan mudah diapahami agar proses penyamapaian materi dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dan apabila diperlukan pengulangan, maka hendaknya para pendidik untuk menggulangi perkataannya kembali dengan maksud untuk menambah penguasaan peserta didik terhadap materi.
Ketiga, para pendidik diharapkan bisa melakukan metode peragaan dan demonstrasi dalam proses pembelajarannya. Karena dengan menggunakan metode peragaan proses pembelajaran akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik karena adanya
alat bantu penghubung dalam proses pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa.
Keempat, bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk.
Kelima, Metode tanya jawab ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti.
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.



























KERITIK DAN SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penyampaian makalah selanjutnya semakin lebih baik. Semoga makalah ini dapat menambah wacana keilmuan dan memberi manfaaat bagi kita semua baik didunia maupun di akhirat. Amin




















DAFTAR PUSTAKA
 Bukhari umar, Hadist Tarbawi (pendidikan dalamperspektif hadis)penerbit amzah.
Dillanazaly.blogspot.com/2013/10/hadist-tentang dasar-dasar pendidikan-pukul 10:12 wita tgl 20 februari 2017.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Matematika Pilihanku - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -